Pura Gunung Pengsong

Sekilas mataku menangkap tulisan Pura Gunung Pengsong di gapura lusuh di tepi jalan. Abdul Madjid yang mengemudikan motor dengan kecepatan mencapai 60 km/jam (ya, sesekali aku mengintip speedometer dari balik bahunya) perlahan melambatkan motor tuanya setelah aku menepuk pelan bahu kanannya.

“Itu ada tulisan Pura Gunung Pengsong, terbuka buat umum?”Tanyaku dengan suara sedikit keras melawan angin.

“Iya, bang. Kalau mau ke sana, nanti aja pas pulang,” Jawab Madjid tidak kalah kerasnya. Aku mengiyakan. Kami lalu meneruskan perjalanan menuju Desa Labuan Tereng, lokasi pembibitan dan penanaman mangrove tujuan kami pagi ini.

Sore menyapa. Aku menagih janji Madjid yang akan membawaku masuk ke dalam pura itu. Tiba di lokasi, kawasan pura terlihat sepi. Ada halaman luas dengan 2-3 pohon beringin berukuran besar seperti yang biasa terlihat di alun-alun kota di pulau Jawa. Abdul Madjid lalu menunjukkan gapura pintu masuk menuju puncak bukit Gunung Pengsong, lokasi pura yang dimaksud.

singa-gunung-pengsong
Dua patung singa menyambut kedatangan pengunjung

“Naik aja terus, bang. Saya tunggu di bawah,”ujarnya sembari memotret suasan di pekarangan dengan handphone nya.

pura-gunung-pengsong-tangga
Undak-undakan menuju pura

Saya lalu menapaki tangga. Menanjak. Cukup menguras tenaga. Namun, saya suka. Selain karena sepi dan rimbun oleh pepohonan, saya selalu suka jalan menanjak. Seperti latihan fisik haha

Perjalanan ke atas sungguh melelahkan. Belum lagi ratusan ekor monyet yang berkeliaran liar. Saya sempat merasa was was bila monyet ini lepas kendali dan menyerang saya, mengira tas yang saya bawa berisi makanan. Saya mencoba berjalan cepat dan tidak melihat mereka. Jaraknya sungguh dekat, sekitar 30 cm dari kaki saya.

monyet pura gunung pengsong.JPG
Siluet monyet di pagar pura

Mendekati puncak bukit, jalan semakin curam. Kini bukan lagi undakan, namun bebatuan bukit. Ada beberapa bagian dinding batu yang dipasangi besi berfungsi sebagai pegangan.

Di atas, sungguh sepi. Saya bernapas dengan terengah-engah. Namun secepatnya mengambil gambar karena saya tidak ingin membuat Abdul Madjid dan dua orang temannya menunggu saya terlalu lama. Saya hanya mengambil gambar dari beberapa sisi dan tidak mengambil waktu untuk duduk menikmati suasanya sepi. Sesuatu yang biasanya saya lakukan bila sedang berada di ketinggian.

pengunjung-pura-gunung-pengsong-lobar
Pekarangan Pura
pohon-pura-gunung-pengsong
Pohon Beringin di Pekarangan Pura
pura-bengsong
Pemandangan dari puncak bukit

 

 

 

 

 

 

Leave a comment